Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapia) atau lebih akrab dikenal ikan nila GESIT adalah salah satu strain baru ikan nila hasil rekayasa Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Kedua lembaga tersebut mengembangkan YY male technology, sebuah teknologi rekayasa kromosom yang bertujuan menghasilkan individu jantan dengan kromosom YY. Hasil dari rekayasa ini menghasilkan ikan nila dengan mayoritas berkelamin jantan.
Teknologi rekayasa tersebut ditempuh sebagai jawaban kebutuhan produktivitas nila, untuk pasar domestik maupun pasar ekspor. Keunggulan nila Gesit terletak pada kemampuannya memproduksi benih ikan nila jantan dalam jumlah besar. Sebagaimana diketahui, dalam budidaya pembesaran ikan nila, benih nila jantan mempunyai keunggulan tingkat pertumbuhan lebih cepat dibandingkan nila betina.
Secara alami, kromosom ikan nila jantan adalah XY(GMT/Genetic Male Tilapia), sementara yang betina adalah XX. Meski demikian kromosom ini dapat di manipulasi, sehingga dapat dihasilkan ikan nila jantan berkromosom YY dan betina YY. Kedua induk ini kemudian disilangkan hingga diperoleh benih nila Gesit jantan berkromosom YY. Induk nila jantan berkromosom YY ini mampu menghasilkan 96%-100% benih nila jantan apabila dikawinkan dengan ikan nila betina biasa (kromosom XX).
Feminisasi dan Uji Progeni
Untuk mendapatkan induk jantan nila Gesit perlu dilakukan serangkaian tahapan yang kontinyu. Langkah pertama adalah tahap feminisasi I (pengarahan kelamin menjadi individu betina) yang dilanjutkan dengan uji progeni (progeny test) untuk verifikasi individu betina dengan kromosom XY. Setelah diperoleh individu betina XY, selanjutnya dipijahkan kembali dengan jantan normal dan dilakukan uji progeni II untuk verifikasi individu jantan YY. Sebagian larva yang dihasilkan dari pemijahan tersebut diberikan perlakuan feminisasi II untuk menghasilkan populasi ikan betina berkromosom YY melalui uji progeni III.
Langkah selanjutnya adalah perbanyakan induk YY dengan cara mengawinkan antara induk jantan YY dengan induk betina YY. Diikuti langkah terakhir, melakukan identifikasi DNA pada tiap individu hasil perbanyakan, untuk menjamin keaslian induk nila jantan tersebut (nila Gesit).
Optimal di Suhu 25o C
Pada proses pembenihan, kondisi lingkungan juga menentukan jenis kelamin larva yang dihasilkan. Karena itu, syarat lingkungan yang optimum mutlak dipenuhi. Pada suhu lingkungan di bawah 22o C, benih yang diperoleh sebagian besar adalah betina. Sebaliknya, apabila suhu lingkungan berada di atas 30o C, maka benih yang dihasilkan sebagian besar berjenis kelamin jantan.
Suhu optimum pembenihan nila Gesit adalah 25o C. Jika kondisi ini dipenuhi, maka dapat dipastikan lebih dari 96% benih yang dihasilkan berjenis kelamin jantan. Karena tinggi rendah suhu lingkungan berpengaruh pada perkembangan hormon di dalam tubuh larva, dan akhirnya berpengaruh pada pembentukan jenis kelamin larva-larva tersebut.
Untuk hasil benih jantan yang berkualitas, nila Gesit juga harus dikawinkan dengan induk betina berkualitas pula. Disarankan induk jantan nila Gesit ini dikawinkan dengan induk betina nila Nirwana (produksi Balai Pengembangan Benih Ikan Wanayasa) atau induk betina nila GIFT yang masih asli, tujuannya adalah untuk menjaga keturunan yang dihasilkan agar tetap berkualitas baik, terutama tingkat pertumbuhannya.
Meninggalkan Sex Reversal
Untuk menghasilkan benih nila jantan, metoda yang dapat digunakan ada 4 macam.
- Pertama, secara manual dengan seleksi kelamin benih berukuran 10 cm (20 gram).
- Ke-dua, persilangan antarspesies (Oreochromis niloticus dengan O. Aureus).
- Ke-tiga, penggunaan hormon methyl testoteron sebagai pengarah kelamin (sex reversal) pada benih yang kelaminnya belum berkembang (sexually undifferentiated fry).
- Ke-empat, dengan pengembangan YY male technology. Selama ini, biasanya para pembenih menggunakan teknik sex reversal, dengan menambahkan methyl testosteron pada pakan benih ikan fase larva. Atau dengan merendam larva yang baru menetas dalam larutan hormon tersebut agar sebagian besar benih berkelamin jantan.
Saat ini harga hormon tersebut mahal. Selain itu juga bersifat karsinogenik, bagi orang yang bertugas mencampur pakan dan merendam larva dengan hormon tersebut. Jadi harus memakai peralatan pelindung tubuh. Sehingga metoda YY male technology menjadi pilihan yang lebih aman dan praktis, karena tidak menggunakan bahan aditif yang berbahaya.
Dengan munculnya nila Gesit, para pembenih dapat secara mudah mendapatkan benih GMT (jantan) hanya melalui proses pemijahan induk jantan nila Gesit.
Nila strain unggul ini mulai disebar ke UPR-UPR (Unit Pembenihan Rakyat) pada awal 2008-an dan mengalami perkembangan secara cepat sampai sekarang.
brapa lama umur panen ikan nila