Prinsip dasar metode budidaya pembesaran teripang ialah memberikan pagar di area perairan pesisir laut pada luasan tertentu agar teripang yang dibudidayakan terkurung di dalamnya, tidak dapat meloloskan diri dan tidak mendapat serangan hama. Metode budidaya teripang seperti ini dikenal dengan metode pen culture
kurungan tancap atau
kurungan pagar. Teripang merupakan hewan yang hidup di dasar perairan dan pergerakannya relatif lambat. Meskipun gerakan teripang tergolong lambat, desain dan konstruksi kurungan pagar harus dapat menjamin teripang tidak lolos dari dasar kurungan pagar. Karena pergerakan teripang relatif lambat, maka binatang laut ini dapat dibudidayakan dengan tingkat kepadatan penebaran yang cukup tinggi. Desain dan konstruksi kurungan pagar umumnya dibedakan menjadi dua berdasarkan bahan kurungan pagar yang dipergunakan yaitu
kurungan pagar dari bambu dan
kurungan pagar dari jaring. Menurut pengalaman para pembudidaya teripang, jenis bahan yang paling efektif untuk membuat kurungan tancap adalah jaring (jawa: waring).
Usaha budidaya teripang di dalam kurung tancap selain menjaga kelestarian sumberdayanya, juga merupakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar pantai yang dapat memberi nilai tambah dalam peningkatan kesejahteraan. Berikut ini adalah beberapa teknik budidaya teripang yang harus diketahui oleh para masyarakat yang menjadi calon pembudidaya.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya teripang adalah:
• Dasar perairan terdiri dari pasir, pasir berlumpur, berkarang, dan ditunbuhi tanaman lamun (rumput lindung)
• Terlindung dari angin kencang dan arus/gelombang yang kuat
• Tidak tercemar dan bukan daerah konflik serta mudah dijangkau
• Kedalaman perairanlokasi antara 50-150 cm pada saat surut terendah dan sirkulasi air terjadi secara sempurna
• Mutu air: salinitas 24-33 ppt, kecerahan 50-150 cm, suhu 25-30°C
Konstruksi Kurung Tancap
Bahan:
• Balok berukuran (5x7x200)cm, sebaiknya digunakan kayu ulin
• Waring nilon ukuran mata 0,2 cm
• Tali ris dari nilon
• Tali pengikat atau paku anti karat
• Papan yang tahan air, sebaiknya digunakan kayu ulin
Cara Pemasangan:
• Tiang dipancang pada dasar perairan sedalam 0,5- 1 m
• Bagian tiang yang berada di atas permukaan sebagai tempat melekatkan waring
• Waring yang telah dilengkapi dengan tali ris disambung dengan papan
• Papan yang telah disambung dengan waring dibalut lalu ditanam ke dalam lumpur (30 cm)
• Bila tidak ada papan bagian ujung waring ditanam ke dalam lumpur sedalam 30 cm kemudian bagian ujungnya dibelokkan ke dalam sepanjang 15 cm
• Ukuran kurung tancap disesuaikan dengan kebutuhan luas area budidaya.
Pemilihan Benih
• Pilih benih yang seragam baik jenis maupun ukuran
• Benih yang baik adalah tubuhnya padat berisi dan tidak cacat
• Hindari benih yang diangkut dalam waktu lama (lebih 1 jam) dan dalam keadaan bertumpuk (padat)
• Hindari benih yang telah mengeluarkan cairan berwarna kuning
• Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau malam hari atau pada saat suhu tidak panas dan menggunakan wadah yang berisi substrat pasir khususnya pada sistem pengangutan terbuka
Teknik Budidaya
• Benih teripang dengan berat awal 40-60 g ditebar ke dalam kurung tancap dengan kepadatan 5-6 ekor/m
2.
• Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada suhu rendah.
• Sebelum benih ditebar ke dalam kurung tancap, adaptasikan terlebih dahulu agar dapat diketahui ketahanan tubuhnya maupun jumlah benih.
• Selama pemeliharaan diberikan kotoran ayam atau kotoran ayam yang dicampur dedak halus sebanyak 0,1 kg/m
2 setiap minggu sekali. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih dan diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung dan lakukan pada saat air surut.
• Pada sistem ini teripang yang dipelihara tidak tergantung dari pakan buatan karena teripang tersebut berada pada habitat aslinya. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuan diatom yang merupakan makanan utama bagi teripang.
• Lama pemeliharaan selama 4-5 bulan.
Cara Panen
Setelah dipelihara selama 40-5 bulan, teripang telah mencapai ukuran konsumsi (300-500 g), teripang siap dipanen. Panen dilakukan pada saat air surut terendah, dan dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecekan pada air pasang, karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.
Pengolahan
Mula-mula teripang segar dibersihkan isi perutnya dengan cara menusuk-nusukan lidi pada bagian anusnya, kemudian bagian perutnya dibelah sepanjang ± 5-10 cm untuk mengeluarkan isi perut yang masihn tersisa (sesuaikan dengan ukuran) kemudian dibilas dengan air bersih. Setelah itu teripang direbus selama 30 menit sampai matang. Untuk membersihkan kulit dapat direndam dengan NaOH, KOH, CaCO3, atau dengan bahan alami seperti parutan pepaya muda selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan pengeringan atau pengasapan untuk mengurangi kandungan airnya.
Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari atau oven dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu keras, serbuk gergaji terutama dari kayu ulin dan sabut kelapa. Namun yang terbaik adalah dengan menggunakan serbuk gergaji kayu ulin karena mempunyai warna dan aroma yang baik, sehingga mutu dan harganya lebih tinggi. Hasil pengeringan dengan sinar matahari mempunyai mutu yang lebih rendah, karena biasanya berbau amis. Mutu teripang yang baik adalah mempunyai berat 40% dari berat segar.
Harga teripang olahan di pasaran sangat dipengaruhi ukuran dan mutu pengeringannya. Teripang dalam bentuk asapan dengan aroma yang baik harganya lebih mahal dibandingkan dengan teripan kering.